Kamis, 16 September 2010

Senjata Mainan Makan Korban



















KORBAN TEMBAK: Erni Wahyuni sesekali mengusap mata sebelah kanannya yang sebelumnya akan dioperasi karena tak dapat melihat akibat tertembak senjata plastik buatan China di RSU Promedika. Warga asal Siantan ini tertembak oleh keponakannya sendiri. MAHMUD MUNTAZAR/PONTIANAKPOST
PONTIANAK - Senjata mainan sudah makan korban di Pontianak. Tembakan peluru nyasar senjata mainan mengenai mata sebelah kanan seorang remaja putri, Erni Wahyuni, 17, warga Jalan GM Situt Mahmud, Parit Pekong, Pontianak Utara, Senin (13/9). Kini dia sedang menjalani perawatan intensif di RSU Promedika. Akibat terkena tembakan di bagian mata, korban mengalami gangguan penglihatan. Bola mata hitamnya memerah. Karena terjadinya pembekuan darah. Keluarga korban masih menunggu kepastian mengenai kelanjutan pengobatan. Pasalnya, bila dalam dua hari kondisi mata korban  tidak memperlihatkan perkembangan. Dokter menganjurkan untuk dioperasi.


“Kami masih menunggu pemeriksaan dokter. Kata dokter, dalam dua hari kalau darah yang membuka di bola mata tidak mencair harus dioperasi. Tapi sekarang merahnya sudah agak berkurang,” kata Sunarti, 28, bibi korban, Selasa (14/9). Ketika dijumpai di rumah sakit, korban masih terbaring lemah sambil terus  memejamkan mata. Karena untuk berkedip sekalipun dia masih merasakan sakit. Menurut Sunarti, sewaktu mata korban terkena peluru, korban langsung terpejam untuk menahan rasa sakit. Pihak keluarga melarikan Erni ke Puskesmas Siantan sebelum dibawa ke rumah sakit atas rujukan Puskesmas. Menurut Sunarti, Erni merupakan korban dari pistol mainan yang ditembakkan sepupunya, Noval, 4.  Ketika sedang berada di ruang dapur. Noval dengan Erni posisinya berhadapan langsung. Waktu ditembak, Erni sedang  mengirim pesan singkat melalui telepon genggam miliknya dalam posisi duduk.


Noval merupakan anak dari Sunarti. Sunarti menambahkan, mula penembakan adalah korban ingin mencegah Noval menembak Dhea (4,5). Duduk Dhea bersebelahan dengan korban. Dhea masih sepupu sama Noval maupun Erni. Dhea berkunjung ke rumah Noval bersama ibunya, Yosalifa, 20, untuk silaturahmi lebaran. “Dia (Noval) ingin menembak Dhea tapi dicegah Erni. Tapi Erni jadi yang Noval tembak,” kata Sunarti yang didampingi suaminya, Syamsul, 32. Menurut Sunarti, pistol mainan yang digunakan buat menembak Erni merupakan senjata atas pemberian sepupunya, Amir, 10. Hari pemberian sama dengan peristiwa penembakan. “Semula Noval memang pernah meminta belikan pistol mainan. Tapi tidak kami hiraukan permintaannya. Tahunya, ada diberi pistol sama Amir,” kata Sunarti. (stm)

Analisa :

Dalam kasus seperti ini aparat seharusnya segera mengambil tindakan agar kejadian ini tidak terulang lagi di tempat lain. Aparat harus segera menyita mainan tersebut dari toko-toko mainan yang menjual senjata mainan tersebut. Agar orang tua merasa lebih aman, sebaiknya mainan tersebut dilarang masuk ke pasar Indonesia supaya korban tidak bertambah.

Selain itu, kontrol orang tua terhadap mainan anak juga sangat penting. Orang tua harus mampu memilah mainan seperti apa yang boleh diamainkan anaknya, supaya jangan sampai anak bermain dengan mainan yang membahayakan keselamatan mereka sendiri. Sebaiknya orang tua menemani anaknya waktu membeli mainan, jadi anak tersebut masih berada dalam pengawasan orang tua. Jika orang tua kurang tahu soal fungsi mainan tersebut, orang tua bisa menanyakan kepada pemilik toko tersebut bagaimana cara kerja mainan tersebut sebelum memutuskan untuk membeli mainan tersebut.

Dalam kasus ini, saya lebih menyarankan agar setiap orang tua mengawasi aktifitas bermain sang anak dan memilih mainan yang tepat dan tidak membahayakan untuk buah hati mereka.

Sumber : Pontianak Post, 15 September 2010 , 09:15:00

1 komentar:

  1. senjata mainan ini hanya musiman saja, dapat kita lihat pistol mainan hanya akan ramai d jual pada saat menjelang idul fitri. padahal wktu itu saya sempat mendengar bahwa yang menjual pistol mainan ini akan d tangkap. tp kenyataannya ap??
    itu hnya utk menakut-nakuti saja.
    tp tdk d laksanakan...
    ketika sudah membahayakan org lain baru lah petugas bergerak dan mengatakan dgn ini-itu.

    BalasHapus